Tampilkan postingan dengan label Cerita Dongeng. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cerita Dongeng. Tampilkan semua postingan

07/05/11

Legenda 9 Anak Naga

Salam Surgawi,

Legenda mengatakan bahwa naga itu memiliki sembilan anak, tetapi tidak ada yang tumbuh menjadi naga, dengan masing-masing memiliki penampilan sendiri. Mereka adalah (diatur oleh senioritas di antara saudara-saudara) bernama "Bixi, Chiwen, dusun, Bi'an, Taotie, Baxia, Yazi, Suanni dan Jiaotu."

Apa yang disebut "sembilan anak-anak naga" tidak berarti bahwa naga itu telah tepat sembilan anak. Dalam budaya tradisional China, angka "sembilan" menunjukkan jumlah besar dan disimpan dalam status tertinggi. Sembilan bukan jumlah pasti, tetapi sejumlah mulia. Itu sebabnya telah digunakan untuk menggambarkan jumlah anak naga.

1. BIXI
Tampak seperti kura-kura, Bixi adalah suka membawa beban berat. Dia membawa sebuah prasasti sepanjang tahun. Gambar binatang tak mengeluh dengan kekuatan yang tidak biasa dapat dengan mudah ditemukan di candi dan ruang leluhur. Dikatakan bahwa menyentuh hewan tersebut dapat membawa keberuntungan.


2. CHIWEN
Chiwen terlihat agak seperti kadal tanpa ekor. Ia suka menatap sekitar di daerah genting. Nya juga menyukai menelan api dan penyemprotan gelombang menyebabkan curah hujan. Hewan ini digunakan untuk menjaga api kecelakaan diri. Gambar-Nya sering ditemukan di sudut-sudut dan punggung dari aula serta di atas atap.


3. PULAO
Berbentuk seperti naga, tetapi lebih kecil dalam ukuran, Pulao suka mengaum. Dikatakan bahwa Pulao hidup dengan laut dan ia takut ikan paus yang paling. Setiap kali ia diserang oleh ikan paus, ia terus menderu. Jadi, orang meletakkan gambar di atas lonceng dan membuat striker kayu ke bentuk ikan paus. Hal ini untuk mendapatkan suara bel paling keras mungkin.


4. BI'AN
Juga disebut "Xianzhang", Bi'an terlihat seperti harimau. Dia sangat kuat dan tertarik di penjara dan kasus-kasus peradilan. Kemudian, orang-orang yang mengukir gambar tentang pintu-pintu penjara. Harimau adalah hewan berani dan sengit dan gambar Bi'an, binatang seperti harimau, digunakan untuk meningkatkan keagungan penjara dan untuk mengintimidasi penjahat.


5. TAOTIE
Taotie tampak seperti serigala dan sangat suka makan. Karena merupakan binatang jahat imajiner rakus makan, orang-orang yang menikmati makan dan orang-orang serakah kekayaan yang disebut sebagai "orang taotie". Kepala Taotie sering terukir di kapal ritual seperti lonceng dan tripod sebagai motif dekoratif.


6. QIUNIU
Qiuniu tampak seperti seekor naga kuning kecil dengan skala dan mencintai musik. Ini anak naga, dengan musik dalam darah-Nya, tidak hanya menemukan jalan ke huqins rakyat Han, namun juga ke instrumen berbentuk bulan rakyat Yi dan instrumen tiga senar dari orang Bai. Beberapa alat musik Tibet juga menanggung kepalanya penggalangan dan gambar mulut-pembuka.


7. YAZI
Tampak seperti, menatap serigala Yazi pada hal-hal dengan mata marah dan dia suka pembunuhan berdarah. Gambar-Nya sering terukir di gagang pisau dan sarung pedang.



8. SUANNI
"Suanni" awalnya alias singa itu, sehingga ia terlihat seperti singa. Dia suka asap dan api dan suka duduk. Its gambar dapat ditemukan di altar Buddha dan pembakar dupa. Singa itu diperkenalkan ke Cina dengan Buddhisme. Sakyamuni, pendiri agama Buddha, dijuluki "Fearless Lion", sehingga orang alami menaruh Suanni di altar Buddha atau mengukir pada pembakar dupa, memberinya kesempatan untuk menikmati asap dengan penuh.


9. JIAOTU
Jiaotu seperti kerang atau siput yang membisu oleh alam. Gambar-Nya sering terukir di pintu atau papan pintu. Kerang dan siput cenderung menutup cangkangnya ketat saat diserang. Puting gambar Jiaotu di pintu mungkin ingin untuk menutup pintu seketat mungkin untuk keamanan.




Salam HSG,
Posted by: Steven J. Linardi
©HSG - May 2011

19/10/10

Putri Tidur

Hong Sulaiman 14 Oktober (jam 22:08)  Balas Laporkan
Di jaman dahulu kala, hiduplah seorang Raja dan Ratu yang tidak memiliki anak; masalah ini membuat Raja dan Ratu sangatlah sedih. Tetapi di suatu hari, ketika sang Ratu berjalan di tepi sungai, seekor ikan kecil mengangkat kepalanya keluar dari air dan berkata, "Apa yang kamu inginkan akan terpenuhi, dan kamu akan segera mempunyai seorang putri."

Apa yang ikan kecil tersebut ramalkan segera menjadi kenyataan; dan sang Ratu melahirkan seorang gadis kecil yang sangat cantik sehingga sang Raja tidak dapat menahan kegembiraannya dan mengadakan perjamuan besar besaran. Dia lalu mengundang semua sanak keluarga, teman dan seluruh penduduk dikerajaannya.

Semua peri yang ada dikerajaannya juga turut diundang agar mereka dapat ikut menjaga dan memberikan berkah kepada putri kecilnya. Di kerajaannya terdapat tiga belas orang peri dan sang Raja hanya memiliki dua belas piring emas, sehingga Raja tersebut memutuskan untuk mengundang dua belas orang peri saja dan tidak mengundang peri yang ketiga belas.

Semua tamu dan peri telah hadir dan setelah perjamuan mereka memberikan hadiah-hadiah terbaiknya untuk putri kecil itu, satu orang peri memberikan kebaikan, peri yang lainnya memberikan kecantikan, yang lainnya lagi memberikan kekayaan, dan begitu pula dengan peri-peri yang lainnya sehingga putri kecil itu hampir mendapatkan semua hal-hal yang terbaik yang ada di dunia

. Ketika peri yang kesebelas selesai memberikan berkahnya, peri ketiga belas yang tidak mendapat undangan dan menjadi sangat marah itu, datang dan membalas dendam. Dia berkata, "Putri Raja dalam usianya yang kelima belas akan tertusuk oleh jarum jahit dan meninggal."

Kemudian peri yang kedua belas yang belum memberikan berkahnya kepada sang Putri, maju kedepan dan berkata bahwa kutukan yang dikatakan oleh peri ketiga belas tersebut akan terjadi, tetapi dia dapat memperlunak kutukan itu, dan berkata bahwa sang Putri tidak akan meninggal, tetapi hanya jatuh tertidur selama seratus tahun.

Raja berharap agar dia dapat menyelamatkan putri kesayangannya dari ancaman kutukan itu dan memerintahkan semua jarum jahit di istananya harus di bawa keluar dan dimusnahkan.

Sementara itu, semua berkah yang diberikan oleh peri-peri tadi terwujud, sang Putri menjadi sangat cantik, baik budi, ramah-tamah dan bijaksana, hingga semua orang mencintainya. Tepat pada usianya yang kelima belas, Raja dan Ratu kebetulan meninggalkan istana, dan sang Putri ditinggalkan sendiri di istana.

Sang Putri menjelajah di istana sendirian dan melihat kamar-kamar yang ada pada istana itu, hingga akhirnya dia masuk ke satu menara tua dimana terletak satu tangga sempit menuju ke atas yang berakhir dengan satu pintu kecil. Pada pintu tersebut tergantung sebuah kunci emas, dan ketika dia membuka pintu tersebut, dilihatnya seorang wanita tua sedang menjahit dengan jarum jahit dan kelihatan sangat sibuk.

"Hai ibu yang baik," kata sang Putri, "Apa yang kamu lakukan disini?"

"Menjahit dan menyulam," kata wanita tua itu, kemudian menganggukkan kepalanya.

"Betapa cantiknya hasil sulaman mu!" kata sang Putri, dan mengambil jarum jahit dan mulai ikut menyulam. Tetapi secara tidak sengaja dia tertusuk oleh jarum tersebut dan apa yang diramalkan sewaktu dia masih kecil, terjadi, sang Putri jatuh ke tanah seolah-olah tidak bernyawa lagi.

Seperti yang diramalkan bahwa walaupun sang Putri akan tertusuk oleh jarum jahit, sang Putri tidak akan meninggal, melainkan hanya akan tertidur pulas; Raja dan Ratu yang baru saja pulang ke istana, beserta semua menteri juga jatuh tertidur, kuda di kandang, anjing di halaman, burung merpati di atas atap dan lalat yang berada di dinding, semuanya jatuh tertidur. Bahkan api yang menyalapun menjadi terhenti, daging yang dipanggang menjadi kaku, tukang masak, yang saat itu sedang menarik rambut seorang anak kecil yang melakukan hal-hal yang kurang baik, juga jatuh tertidur, semuanya tertidur pulas dan diam.

Dengan cepat tanaman-tanaman liar berduri di sekitar istana tumbuh dan memagari istana, dan setiap tahun bertambah tebal dan tebal hingga akhirnya semua tempat di telah dikelilingi oleh tanaman tersebut dan menjadi tidak kelihatan lagi. Bahkan atap dan cerobong asap juga sudah tidak dapat dilihat karena telah tertutup oleh tanaman tersebut. Tetapi kabar tentang putri cantik yang tertidur menyebar ke seluruh daratan sehingga banyak anak-anak Raja dan Pangeran mencoba untuk datang dan berusaha untuk masuk ke dalam istana itu. Tetapi mereka tidak pernah dapat berhasil karena duri dan tanaman yang terhampar menjalin dan menjerat mereka seolah-olah mereka dipegang oleh tangan, dan akhirnya mereka tidak dapat maju lagi.

Setelah bertahun-tahun berlalu, orang-orang yang telah tua menceritakan cerita tentang seorang putri raja yang sangat cantik, betapa tebalnya duri yang memagari istana putri tersebut, dan betapa indahnya istana yang terselubung dalam duri itu. Dia juga menceritakan apa yang didengarnya dari kakeknya dahulu bahwa banyak pangeran telah mencoba untuk menembus semak belukar tersebut, tetapi semuanya tidak pernah ada yang berhasil.

Kemudian seorang pangeran yang mendengar ceritanya berkata, "Semua cerita ini tidak akan menakutkan saya, Saya akan pergi dan melihat Putri Tidur tersebut." Walaupun orang tua yang bercerita tadi telah mencegah pangeran itu untuk pergi, pangeran tersebut tetap memaksa untuk pergi.

Pangeran dan Putri TidurSaat ini, seratus tahun telah berlalu, dan ketika pangeran tersebut datang ke semak belukar yang memagari istana, yang dilihatnya hanyalah tanaman-tanaman yang indah yang dapat dilaluinya dengan mudah. Tanaman tersebut menutup kembali dengan rapat ketika pangeran tersebut telah melaluinya. Ketika pangeran tersebut akhirnya tiba di istana, dilihatnya anjing yang ada di halaman sedang tertidur, begitu juga kuda yang ada di kandang istana, dan di atap dilihatnya burung merpati yang juga tertidur dengan kepala dibawah sayapnya; dan ketika dia masuk ke istana, dia melihat lalat tertidur di dinding istana, dan tukang masak masih memegang rambut anak yang kelihatan meringis dalam tidur, seolah-olah tukang masak itu ingin memukuli anak tersebut.

Ketika dia masuk lebih kedalam, semuanya terasa begitu sunyi sehingga dia bisa mendengar suara nafasnya sendiri; hingga dia tiba di menara tua dan membuka pintu dimana Putri Tidur tersebut berada. Putri Tidur terlihat begitu cantik sehingga sang Pangeran tidak dapat melepaskan matanya dari sang Putri. Sang Pangeran lalu berlutut dan mencium sang Putri. Saat itulah sang Putri membuka matanya dan terbangun, tersenyum kepada sang Pangeran karena kutukan sang peri ketiga belas telah patah.

Mereka berdua lalu keluar dari menara tersebut dan saat itu Raja dan Ratu juga telah terbangun termasuk semua menterinya yang saling memandang dengan takjub. Kuda-kuda istana pun terbangun dan meringkik, anjing-anjing juga melompat bangun dan menggonggong, burung-burung merpati di atap mengeluarkan kepalanya dari bawah sayapnya, melihat sekeliling lalu terbang ke langit; lalat yang didinding langsung beterbangan kembali; api didapur kembali menyala; tukang masak yang tadinya memegang rambut seorang anak laki-laki dan ingin menghukumnya melanjutkan hukumannya dengan memutar telinga anak tersebut hingga anak tersebut menangis.

Akhirnya Raja dan Ratu mengadakan pesta pernikahan untuk sang Putri dan Pangeran yang berakhir dengan kebahagiaan sepanjang hidup mereka.


Salam Surgawi

Dongeng Kisah Putri Duyung

Hong Sulaiman 14 Oktober jam 22:03 Balas Laporkan
Tersebutlah seorang raja laut yang ditinggalkan oleh permaisurinya. Maka hidupnya hanya ditemani oleh enam orang putrinya dengan diasuh oleh seorang neneknya.

Neneknya membuat perraturan, bahwa hanya jika sudah berusia lima belas tahun cucunya boleh muncul ke permukaan laut melihat dunia manusia.

“Kenapa harus begitu, Nek?” tanya seorang cucunya.

“Begitulah, agar kalian nampak cantik dilihat oleh manusia di daratan,” jawab neneknya.


Waktu pun berlalu. Satu perrsatu putri-putri itu tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik. Namun diantara putri-putri cantik itu yang paling cantik adalah Puteri Duyung bungsu.

Ombak akan tenang bilamana Puteri Duyung muncul ke permukaan laut.

Pada suatu hari Putri Duyung bungsu muncul di permukaan laut. Dilihatnya sebuah perahu semakin mendekatinya. “Alangkah tampannya penumpang perahu itu. O, yang itu lebih tampan lagi,” katanya kepada dirinya sendiri setelah dekat dengan perahu. Dia memang heran, karena penumpang yang dianggapnya paling tampan adalah Putra seorang raja.

Tiba-tiba cuaca berubah menjadi buruk. Angin taufan menyambar-nyambar perahu. Perahu jadi oleng. Dan akhirnya perahu itu tenggelam. Melihat kecelakaan tersebut Putri Duyung sangat kasihan kepada Putra Raja. Ditolongnya pemuda itu. Dalam keadaan pingsan Putra Raja diletakkan di tepi pantai, sedang dia sendiri kembali pulang kedasar laut.

Tapi sulit bagi Putri Duyung untuk melupakan wajah yang tampan itu. Maka dia menceritakannya kepada kakak-kakaknya apa yang telah dialaminya. Kakak-kakaknya tertawa memperolok.

“Pantas saja kau jadi pemurung kini,” kata salah seorang kakaknya.

Karena amat rindu kepada Putra Raja, Putri Duyung ingin pergi ke permukaan laut. Ingin menjumpai Putra Raja. Sebenarnya neneknya melarang agar jangan sekali-kali menjumpai Putra Raja, karena ekor Putri Duyung sangat buruk dan tak disukai oleh manusia. Namun Putri Duyung tetap berkemauan keras. Dia pergi kepada Pesihir.

“Aku bisa menolongmu, kau berkaki cantik asal suaramu boleh kuminta,” kata Pesihir.

“Baiklah,” jawab Putri Du¬yung.

“Minumlah obat ini jika kau sudah sampai di permukaan laut,”Putri Duyung mengangguk.

Sesampainya di permukaan laut, obat dari Pesihir itu diminumnya. Seketika itu juga dia pingsan. Tapi setelah siuman Putri Duyung melihat disampingnya telah duduk Putra Raja dengan tersenyum.

Alangkah bahagia hati Putri Duyung. Tapi sayang ketika Putra Raja yang tampan menanyakannya, Putri Duyung tak bisa bersuara. Dia ingat bahwa suaranya telah diberikan kepada Pesihir. Dengan begitu Putra Raja seolah hanya berhadapan dengan seorang gadis cantik tetapi bisu. Kecewalah hati Putra Raja. Menangislah Putri Duyung ketika Putra Raja meninggalkannya. Dia pun jadi putus asa. Kemudian dia mencebur ke laut pulang ke istana ayahnya. Dia sangat malu kepada manusia. Itulah maka Putri Duyung selalu mengelak dari pandangan manusia.


Salam Surgawi

09/10/10




Pangeran Kodok dan Putri Paus





Post : Hong Sulaiman 

Pada suatu masa di sebuah belantara sudut bumi hiduplah seekor kodok di sungai Mempesona. Di sungai ini ia konon hidup bahagia. Tidak ada yang kurang dari hidupnya. Ia menyukai saat-saat berenang di sungai, menggoyangkan otot-otot tubuhnya, melompat-melompat ke sana kemari sepanjang daratan.

Memandang setiap keindahan yang terpancar oleh alam. Ia emang seorang pangeran di sungai Mempesona, ia penguasa daerah itu. Tutur perkataannya selalu didengar dan diikuti.

Hingga suatu hari, ia melompat jauh dari biasanya dan terdampar di sebuah pantai.

Saat ia terdampar pada pantai itu, ia melihat seekor paus. Seekor binatang yang besar tapi terlihat lemah, sedih dan tak berdaya. Ia beranikan diri untuk menghampiri dan bertanya.

“paus kamu kenapa?”

Paus itu menengok, mencari sumber suara itu berasal. Ia melihat seekor kodok. Berani sekali kodok menyapanya, pikirnya begitu. Tapi keteduhan dan ketulusan pandangan kodok membuatnya menjawab.

“aku terluka, manusia itu telah melukai siripku.”
“paus izinkan aku mengobati lukamu, agar kau berenang lagi ke laut lepas”

Ketulusan kodok telah mengugah hati paus. Ini awal berkenalan Kodok dan Paus. Mereka akhirnya saling tahu bahwa mereka adalah seorang pangeran dan seorang putri. Putri paus memiliki panggilan kesayangan “Pope”.

Suatu hari, puteri pope mencium pangeran kodok, seketik menjadi seekor cumi-cumi. Sekarang pangeran kodok sudah dapat berenang di lautan bersamanya. Luka pada siripnya berangsur pulih. Kebahagiaan mulai merasuki relung hatinya.

Mereka berdua menjadi begitu bahagia. Menikmati keindahan lautan. Putri paus senang memiliki teman untuk berbagi. Sedangkan Pangeran Kodok seakan menemukan cahaya baru dari diri Putri Paus. Pangeran Kodok menemukan kebahagian yg utuh di lautan bersama pope. Ini kebahagiaan yg sesungguhnya ia cari, bukan yg di sungai Mempesona. Bersama Pope ia tidak perlu menjaga wibawa, ia dapat menjadi dirinya apa-apa tanpa harus memikirkan orang lain.

Kebahagiaan yang ia miliki yang ia yang dapat rasakan tidak orang untuk orang lain. Bahkan pope pun tidak tahu kebahagiaan dia seperti apa. Tidak ada bentuk nyata seperti halnya di Kerajaan Mempesona.

Tak ingin lagi ia ubah dirinya menjadi kodok, ia tetap ingin menjadi cumi-cumi. Akan tetapi kerajaan Mempesona mulai kehilangan sang pangeran. Tidak ada lagi titah2 yang mengatur.

Pope pun tak ingin melepaskan pangeran kodok kembali ke daratan. Kembali memerintah sungai. Ia ingin merenggut kebahagian ini secara utuh. Pangeran mengatakan akan sanggup hidup di darat dan di laut. Akan menjadi cumi-cumi untuk pope dan akan tetap jadi pangeran kodok bagi sungai Mempesona.

Luka pada puteri pope mulai sirna. Ia mulai dapat mengepakkan sirip. Pangeran Kodok telah mengajarkan dia untuk mampu melepaskan diri dari jeratan manusia. Agar Pope tidak lagi terjaring dan akhirnya terluka. Pope sadar, ia adalah mahluk yg besar, seharusnya ia bisa menjadi mahluk yg kuat. Tapi ia hanya buah ciptaan Yang Maha Kuasa, pasti memiliki kelemahan. Kenaifannya telah sering membuatnya celaka, hingga tertipu dalam jeratan manusia yang ingin membunuhnya.

Tak ia sangka, yang menolongnya dan membantunya hanya seekor kodok. Mahluk yang lebih kecil darinya. Ia sadar tak selamanya besar akan selalu kuat menghadang cobaan dan rintangan. Terkadang setiap mahluk memerlukan bantuan mahluk lainnya dalam mengarungi hidup. Tak selamanya ia menjadi hebat.

Ia bahagia dalam kesederhanaan yang ditawarkan Pangeran Kodok.
Bermain-main diantara trumbu karang yang sudah dinodai manusia bisa menjadi begitu membahagiakan. Dulu ia selalu mengumpat ulah manusia yang telah mengubah laut yang indah menjadi rusak.
Argh,Pope semakin ingin mengecap kebahagiaan itu.

Meski pangeran sering meninggalkan kerajaan, semua tetap berjalan sebagaimana mestinya. Tidak ada yang menyadari bahwa saat itu pangeran sedang berasyik masyuk mengarungi lautan sebagai cumi-cumi. Justru mereka merasakan perubahan yang lebih baik. Pangeran menjadi lebih tenang dalam memerintah, ia semakin menyadari kebesaran Tuhan, ia semakin bijaksana. Ia mulai mengumpulkan kekuatan untuk mewujudkan impian dan mimpi-mimpinya

Pangeran kembali bersemangat menatap hidupnya. Mungkin ini terpengaruh dari kata-katanya sendiri saat menyemangati Puteri Paus. Ia sadar Puteri Paus berada di lain kehidupan dengannya. Tapi tidak ingin ia melepaskan Pope sendiri mengarungi samudera lautan. Ia ingin mendampingi pope.

Setiap hari Pangeran memikirkan cara yang terbaik bagi dirinya, pope dan kerajaannya. Tapi hingga detik ini ia belum jua menemukan. Yang ia sanggup lakukan hanya melakukan kehidupan di dua tempat, kerajaannya yang notabene adalah kewajiban dan laut bersama pope yg merupakan kebahagiaannya.
Pangeran kodok benar-benar merasa bingung, bimbang ia untuk memutuskan untuk kembali menjadi kodok. Baginya sungguh menyenangkan menjadi seekor cumi-cumi. Tak mungkin ia menyalahkan takdir yang telah ditoreh padanya menjadi seorang Pangeran Kodok. Ia harus memerintah kerajaannya. Itu takdir. Tak sungguh sulit ia enyahkan pesona laut yang baru ia lihat. Magnet yang menyedot dirinya untuk selalu bertemu dan menemani Putri Paus.

Pada suatu hari yang cukup cerah, matahari bersinar dengan bersahabat, semilir angin menggoyangkan pohon-pohon kelapa di pinggir pantai. Pangeran Kodok terpaku di bibir pantai, memandang tanpa batas pada laut lepas. Tak ada yang menolak bila dikatakan laut itu memiliki keindahannya sendiri. Tak kalah indah dengan kesegaran air yang mengalir di sungai. Dengan syahdu ia memanggil Putri Paus, hanya dalam hati ia memanggil, ia yakin putri pasti mendengarnya.

“Pope…pope…pope…” panggilnya dalam hati
“Pope aku merindukanmu.”

Seiring dengan panggilan itu ia memanjatkan doa kepada Sang Penguasa Alam, Sang Pemegang Takdir, agar ia dapat terus mencintai Putri Paus. Cinta yang tulus tanpa pengharapan.

Ombak laut bergemuruh seakan mengungkapkan kemarahan. Muncul di permukaan laut wajah Putri Paus yang ia rindukan. Seketika itu Pangerang Kodok berubah kembali menjadi cumi-cumi.

“Cumi, mengapa kamu selalu merindukanku.” Tanya Pope.
“Entahlah.”
“Duniamu sudah indah, mengapa masih terus mencariku.”
“Entahlah.”
“Ah kamu selalu saja menjawab dengan entah.”
“Rindu itu tak kunjung pudar Pope.”
“Tapi rindu itu dapat dikendalikan. Dunia kita lain Cumi. Kamu di daratan aku di lautan.”
“Selama aku bisa menjalankan kedua dunia ini, aku akan terus menjalankannya. Selama mantramu tidak hilang.”
“Apakah orang-orang di kerajaanmu tidak mencarimu?”
“Tidak. Mereka enjoy aja dengan semua keadaan saat ini.”

Di sisi lain Putri Paus merasa heran dengan tindakan Pangeran Kodok. Dia bingung dengan hatinya sendiri. Aneh rasanya bisa mencintai seekor Kodok yang bukan berasal dari bangsanya. Cinta itu benar-benar misteri. Entah pada siapa cinta itu akan berlabuh. Hanya sampai disitu yang mampu Putri Paus terjemahkan dari segala rasa yang ada. Tak sampai akalnya mampu berpikir akankah cinta mereka mampu bersatu.

Mungkin kalau ini sebuah cerita dongeng mereka akan bersatu dan hidup bahagia selamanya. Tapi ini bukan cerita dongeng Cinderella. Ini hanya sebuah kejanggalan hidup, keanehan bagi dunia, seekor paus jatuh cinta pada seekor kodok.

“Cumi, tinggalkanlah aku.” Pinta Pope dengan berat hati.
“Kenapa? Kamu tidak suka dengan keberadaanku disampingmu?”
“Bukan itu. Kamu punya kehidupan lain, dunia lain. Bukan disini tempatmu.”
“Aku tidak mampu meninggalkanmu.”
“Bukan…bukan tidak mampu Pope, tapi belum mampu. Rindu itu sering menyiksaku.”
“Pasti di duniamu sudah hadir seekor Putri Kodok yang cantik jelita?”
“Iya. Tapi apa yang aku rasakan terhadapmu sungguh berbeda dengan apa yang aku rasakan terhadapnya.
“Tapi dia yang nyata bagimu Cumi.”

Pun Pangeran Kodok tak mampu memutuskan untuk meninggalkan Putri Paus. Ia tidak ingin melihat Putri Paus bersedih, kesepian tidak bahagia seperti pertama kali ia bertemu. Tapi segala sesuatu harus ada ujungnya.

“Pope, aku pamit ya. Ada beberapa hal yang harus aku urus di kerajaanku.”
“Iya cumi.”
“I love you.”
“Iya.”
“I’m gonna miss you a lot.”
“hehehehe.”
“Selama aku tidak ada menemanimu, carilah kesenanganmu yah. Jangan merenung aja.”
“Tentu Cumi. Aku akan berenang-renang mengarungi samudera.”
“I’m gonna miss you too.”

Lalu Pangeran Kodok pun kembali ke peradabannya, Sungai Mempesona.

Begitu banyak kesibukan yang harus dilakukan oleh Pangeran Kodok. Ia terus menerus menahan diri untuk tidak datang di pantai dan memanggil Putri Paus. Kerajaan ini sedang tidak dapat ia tinggalkan. Ia sadar harus belajar mengendalikan rasa rindunya. Ia harus bisa memberi kesempatan kepada Putri Paus agar ia bertemu dengan Pangeran Paus.

Dalam doanya ia selalu panjatkan agar Putri Paus selalu sehat, dan segera dipertemukan dengan Pangeran Paus yang akan membahagiakannya. Tak juga rindu itu memudar, semakin kuat dan semakin mendebarkan hati Pangeran Kodok. Ia hanya belajar menahan rasa. Ia sadar tak selamanya cinta itu harus saling memiliki.

Putri Paus tidak sadar kali itu adalah kali terakhir dia bertemu dengan Pangeran Kodok. Sudah berbulan-bulan ia tidak mendengar panggilan Pangeran Kodok di bibir pantai. Ia merindukannya. Tapi apa daya ia tidak bisa ke daratan. Ia hanya bisa menunggu, menunggu dan menunggu. Berharap ada panggilan sayang dari Pangeran Kodok.

Setelah sekian lama, Putri Paus sadar bahwa Pangeran Kodok telah mampu mengambil keputusan untuk meninggalkannya. Ada rasa sedih menyergap hatinya, tapi ia sadar semua akan berlalu karena takdir telah memisahkan cinta mereka.

Putri Paus tetap merasa bahagia karena ia tahu pernah ada sebuah cinta yang indah hinggap di hatinya. Bahwa ia pernah mencintai dan dicintai dengan cara yang paling indah. Ia tidak lagi putus asa dan yakin suatu hari nanti akan ada cinta untuk dirinya sendiri. Akan ada kehidupan baru yang ditakdirkan untuknya.

“Selamat tinggal Cumi-cumiku. Aku akan selalu merindukanmu.” Batin Putri Paus.

Pada belahan bumi yang lain, tempat Pangeran Kodok berada, sayup-sayup ia mendengar perkataan Putri Paus. Pelan dalam hati ia menjawab.

“Aku tidak pergi Pope, tapi membiarkan dirimu menemukan kebahagiaan lain, kebahagiaan yang sepadan dan yang ditakdirkan untukmu. Aku akan selalu mencintaimu.”

( T A M A T )


Salam Surgawi

Pangeran Kodok


Pada jaman dahulu kala, ketika saat itu dengan mengharapkan sesuatu, hal itu dapat terwujud, ada seorang Raja yang mempunyai putri-putri yang sangat cantik jelita, dan putrinya yang termuda begitu cantiknya sehingga matahari sendiri yang melihat kecantikan putri termuda itu menjadi ragu-ragu untuk bersinar.

Di dekat istana tersebut terletak hutan kayu yang gelap dan rimbun, dan di hutan tersebut, di bawah sebuah pohon tua yang mempunyai daun-daun berbentuk hati, terletak sebuah sumur; dan ketika cuaca panas, putri Raja yang termuda sering ke hutan tersebut untuk duduk di tepi sumur yang dingin, dan jika waktu terasa panjang dan membosankan, dia akan mengeluarkan bola yang terbuat dari emas, melemparkannya ke atas dan menangkapnya kembali, hal ini menjadi hiburan putri raja untuk melewatkan waktu.

Suatu ketika, bola emas itu dimainkan dan dilempar-lemparkan keatas, bola emas itu tergelincir dari tangan putri Raja dan terjatuh di tanah dekat sumur lalu terguling masuk ke dalam sumur tersebut. Mata putri raja hanya bisa memandangi bola tersebut meluncur kedalam sumur yang dalam, begitu dalamnya hingga dasar sumur tidak kelihatan lagi.

Putri raja tersebut mulai menangis, dan terus menangis seolah-olah tidak ada hyang bisa menghiburnya lagi. Di tengah-tengah tangisannya dia mendengarkan satu suara yang berkata kepadanya,

"Apa yang membuat kamu begitu sedih, sang Putri? air matamu dapat melelehkan hati yang terbuat dari batu."

Dan ketika putri raja tersebut melihat darimana sumber suara tersebut berasal, tidak ada seseorangpun yang kelihatan, hanya seekor kodok yang menjulurkan kepala besarnya yang jelek keluar dari air.

"Oh, kamukah yang berbicara?" kata sang putri; "Saya menangis karena bola emas saya tergelincir dan jatuh kedalam sumur."

"Jangan kuatir, jangan menangis," jawab sang kodok, "Saya bisa menolong kamu; tetapi apa yang bisa kamu berikan kepada saya apabila saya dapat mengambil bola emas tersebut?"

"Apapun yang kamu inginkan," katanya; "pakaian, mutiara dan perhiasan manapun yang kamu mau, ataupun mahkota emas yang saya pakai ini."

"Pakaian, mutiara, perhiasan dan mahkota emas mu bukanlah untuk saya," jawab sang kodok; "Bila saja kamu menyukaiku, dan menganggap saya sebagai teman bermain, dan membiarkan saya duduk di mejamu, dan makan dari piringmu, dan minum dari gelasmu, dan tidur di ranjangmu, - jika kamu berjanji akan melakukan semua ini, saya akan menyelam ke bawah sumur dan mengambilkan bola emas tersebut untuk kamu."

"Ya tentu," jawab sang putri raja; "Saya berjanji akan melakukan semua yang kamu minta jika kamu mau mengambilkan bola emas ku."

Tetapi putri raja tersebut berpikir, "Omong kosong apa yang dikatakan oleh kodok ini! seolah-olah sang kodok ini bisa melakukan apa yang dimintanya selain berkoak-koak dengan kodok lain, bagaimana dia bisa menjadi pendamping seseorang."

Tetapi kodok tersebut, begitu mendengar sang putri mengucapkan janjinya, menarik kepalanya masuk kembali ke dalam ari dan mulai menyelam turu, setelah beberapa saat dia kembali kepermukaan dengan bola emas pada mulutnya dan melemparkannya ke atas rumput.

Putri raja menjadi sangat senang melihat mainannya kembali, dan dia mengambilnya dengan cepat dan lari menjauh.

"Berhenti, berhenti!" teriak sang kodok; "bawalah aku pergi juga, saya tidak dapat lari secepat kamu!"

Tetapi hal itu tidak berguna karena sang putri itu tidak mau mendengarkannya dan mempercepat larinya pulang ke rumah, dan dengan cepat melupakan kejadian dengan sang kodok, yang masuk kembali ke dalam sumur.

Hari berikutnya, ketika putri Raja sedang duduk di meja makan dan makan bersama Raja dan menteri-menterinya di piring emasnya, terdengar suara sesuatu yang meloncat-loncat di tangga, dan kemudian terdengar suara ketukan di pintu dan sebuah suara yang berkata "Putri raja yang termuda, biarkanlah saya masuk!"

Putri Raja yang termuda itu kemudian berjalan ke pintu dan membuka pintu tersebut, ketika dia melihat seekor kodok yang duduk di luar, dia menutup pintu tersebut kembali dengan cepat dan tergesa-gesa duduk kembali di kursinya dengan perasaan gelisah. Raja yang menyadari perubahan tersebut berkata,

"Anakku, apa yang kamu takutkan? apakah ada raksasa berdiri di luar pintu dan siap untuk membawa kamu pergi?"

"Oh.. tidak," jawabnya; "tidak ada raksasa, hanya kodok jelek."

"Dan apa yang kodok itu minta?" tanya sang Raja.

"Oh papa," jawabnya, "ketika saya sedang duduk di sumur kemarin dan bermain dengan bola emas, bola tersebut tergelincir jatuh ke dalam sumur, dan ketika saya menangis karena kehilangan bola emas itu, seekor kodok datang dan berjanji untuk mengambilkan bola tersebut dengan syarat bahwa saya akan membiarkannya menemaniku, tetapi saya berpikir bahwa dia tidak mungkin meninggalkan air dan mendatangiku; sekarang dia berada di luar pintu, dan ingin datang kepadaku."

Dan kemudian mereka semua mendengar kembali ketukan kedua di pintu dan berkata,

"Putri Raja yang termuda, bukalah pintu untuk saya!, Apa yang pernah kamu janjikan kepadaku? Putri Raja yang termuda, bukalah pintu untukku!"

"Apa yang pernah kamu janjikan harus kamu penuhi," kata sang Raja; "sekarang biarkanlah dia masuk."

Ketika dia membuka pintu, kodok tersebut melompat masuk, mengikutinya terus hingga putri tersebut duduk kembali di kursinya. Kemudian dia berhenti dan memohon, "Angkatlah saya supaya saya bisa duduk denganmu."

Tetapi putri Raja tidak memperdulikan kodok tersebut sampai sang Raja memerintahkannya kembali. Ketika sang kodok sudah duduk di kursi, dia meminta agar dia dinaikkan di atas meja, dan disana dia berkata lagi,

"Sekarang bisakah kamu menarik piring makanmu lebih dekat, agar kita bisa makan bersama."

Dan putri Raja tersebut melakukan apa yang diminta oleh sang kodok, tetapi semua dapat melihat bahwa putri tersebut hanya terpaksa melakukannya.

"Saya merasa cukup sekarang," kata sang kodok pada akhirnya, "dan saya merasa sangat lelah, kamu harus membawa saya ke kamarmu, saya akan tidur di ranjangmu."

Kemudian putri Raja tersebut mulai menangis membayangkan kodok yang dingin tersebut tidur di tempat tidurnya yang bersih. Sekarang sang Raja dengan marah berkata kepada putrinya,

"Kamu adalah putri Raja dan apa yang kamu janjikan harus kamu penuhi."

Sekarang putri Raja mengangkat kodok tersebut dengan tangannya, membawanya ke kamarnya di lantai atas dan menaruhnya di sudut kamar, dan ketika sang putri mulai berbaring untuk tidur, kodok tersebut datang dan berkata, "Saya sekarang lelah dan ingin tidur seperti kamu, angkatlah saya keatas ranjangmu, atau saya akan melaporkannya kepada ayahmu."

Putri raja tersebut menjadi sangat marah, mengangkat kodok tersebut keatas dan melemparkannya ke dinding sambil menangis,

"Diamlah kamu kodok jelek!"

Tetapi ketika kodok tersebut jatuh ke lantai, dia berubah dari kodok menjadi seseorang pangeran yang sangat tampan. Saat itu juga pangeran tersebut menceritakan semua kejadian yang dialami, bagaimana seorang penyihir telah membuat kutukan kepada pangeran tersebut, dan tidak ada yang bisa melepaskan kutukan tersebut kecuali sang putri yang telah di takdirkan untuk bersama-sama memerintah di kerajaannya.

Henry pelayan setiaDengan persetujuan Raja, mereka berdua dinikahkan dan saat itu datanglah sebuah kereta kencana yang ditarik oleh delapan ekor kuda dan diiringi oleh Henry pelayan setia sang Pangeran untuk membawa sang Putri dan sang Pangeran ke kerajaannya sendiri. Ketika kereta tersebut mulai berjalan membawa keduanya, sang Pangeran mendengarkan suara seperti ada yang patah di belakang kereta. Saat itu sang Pangeran langsung berkata kepada Henry pelayan setia, "Henry, roda kereta mungkin patah!", tetapi Henry menjawab, "Roda kereta tidak patah, hanya ikatan rantai yang mengikat hatiku yang patah, akhirnya saya bisa terbebas dari ikatan ini".

Ternyata Henry pelayan setia telah mengikat hatinya dengan rantai saat sang Pangeran dikutuk menjadi kodok agar dapat ikut merasakan penderitaan yang dialami oleh sang Pangeran, dan sekarang rantai tersebut telah terputus karena hatinya sangat berbahagia melihat sang Pangeran terbebas dari kutukan.


Salam Surgawi




Raja Burung Puyuh dan Pemburu




Pada suatu ketika, ada seekor Raja burung Puyuh yang memerintah lebih dari seribu ekor kawanan burung Puyuh.

Terdapat pula seorang pemburu burung Puyuh yang sangat pintar. Ia mengetahui bagaimana cara membuat panggilan seekor burung Puyuh. Karena suara tersebut menyerupai suara burung Puyuh yang sedang meminta pertolongan, maka tidak pernah gagal untuk memikat burung Puyuh lainnya. Kemudian si pemburu menangkap mereka dengan sebuah jaring, memasukkan mereka ke dalam keranjang-keranjang dan menjualnya sebagai usaha untuk bertahan hidup.

Karena ia selalu mengutamakan keselamatan kawanan burung Puyuhnya, Raja burung Puyuh sangat dihormati oleh semuanya. Sementara itu, dalam pengintaian yang membahayakan, suatu hari ia datang melewati si pemburu dan melihat apa yang ia lakukannya. Ia berpikir, “Pemburu burung Puyuh ini memiliki sebuah rencana yang bagus untuk membinasakan keluarga kami. Aku harus menyusun rencana yang lebih baik guna menyelamatkan hidup kami.”

Kemudian ia memanggil bersamaan seluruh bangsanya – ribuan burung Puyuh. Ia juga mengundang para burung Puyuh lainnya untuk menghadiri pertemuan itu. Ia berkata, “Salam burung Puyuh bangsa kami dan selamat datang para tamu-tamu. Kita dihadapkan oleh suatu bahaya besar. Banyak dari keluarga kita sedang terperangkap dan dijual oleh seorang pemburu yang pintar. Lalu mereka dibunuh dan dimakan. Aku telah mendapatkan rencana untuk menyelamatkan kita semua. Ketika pemburu itu menangkap kita semua dengan jaringnya, masing-masing dari kita harus menengadahkan leher kita pada waktu yang bersamaan. Lalu, bersama-sama, kita harus terbang dengan membawa serta jaring itu dan menjatuhkannya di atas semak berduri. Hal itu akan membuat ia sibuk, dan kita akan mampu melarikan diri dengan selamat.” Semuanya setuju untuk mengikuti strategi yang cemerlang ini.

Hari berikutnya, si pemburu memikat para burung Puyuh dengan suara panggilannya yang menyerupai burung Puyuh seperti biasanya. Tetapi ketika ia melemparkan jaringnya kepada mereka, segera mereka semua menengadahkan leher-leher mereka, terbang dengan membawa serta jaring itu dan menjatuhkannya di atas semak berduri. Si pemburu tersebut tidak dapat mendapatkan seekor burung Puyuh pun! Di samping itu, hal ini menghabiskan sisa waktunya untuk membersihkan jaringnya dari duri-duri tersebut – sehingga ia tidak lagi memiliki waktu untuk mencoba kembali!

Hal yang serupa terjadi pada hari berikutnya. Demikian ia menghabiskan hari keduanya dengan melepaskan kaitan jaringnya dari duri-duri yang tajam. Ia tiba di rumah hanya untuk disambut dengan ‘lidah tajam’ istrinya! Istrinya mengeluh, “Kamu seharusnya membawa pulang burung Puyuh untuk makan, dan uang dari hasil penjualan burung-burung Puyuh. Sekarang kamu kembali dengan tangan kosong. Apa yang kamu kerjakan seharian? Kamu pasti memiliki istri lain di suatu tempat, yang sedang berpesta dengan daging burung Puyuh saat ini!”

Pemburu itu menjawab, “Jangan berpikir hal semacam itu, sayangku. Beberapa hari ini para burung Puyuh tersebut telah menjadi sangat kompak. Mereka bertindak bersamaan, dan menengadahkan leher-leher mereka serta membawa jaringku menuju semak berduri. Akan tetapi terima kasih untuk kamu, istriku satu-satunya, aku baru saja tahu apa yang harus dilakukan! Persis ketika kamu bertengkar denganku, suatu hari mereka pun akan bertengkar, seperti yang biasa dilakukan layaknya keluarga. Di saat mereka sibuk dalam konflik dan percekcokan, aku akan menangkap mereka dan membawanya kembali pulang untukmu. Lalu kamu akan kembali merasa senang denganku. Sambil menunggu saat seperti itu, aku harus bersabar.” Si pemburu pun harus siap dengan keluhan istrinya selama beberapa hari lagi.

Lalu pada suatu pagi, setelah dipikat oleh panggilan suara burung Puyuh, tiba-tiba kebetulan saja ada seekor burung Puyuh yang secara tidak sengaja menginjak kepala burung Puyuh lainnya. burung Puyuh jantan yang terinjak dengan seketika menjadi marah dan mengomel kepadanya. Segera burung Puyuh betina itu memindahkan kakinya dari kepala si burung Puyuh jantan dan berkata, “Mohon jangan marah padaku. Mohon maafkanlah kesalahanku.” Tetapi si burung Puyuh jantan tidak mau menghiraukannya. Dengan cepat keduanya saling mengomel dan perselisihan pun menjadi semakin memburuk!

Mendengar pertengkaran ini menjadi semakin keras, Raja burung Puyuh berkata, “Tidak ada untungnya bertengkar. melanjukannya akan membahayakan!” Tetapi mereka bahkan tidak mau mendengarkannya.

Kemudian Raja burung Puyuh berpikir, “Aku kuatir pertengkaran yang memalukan ini akan mencegah mereka dari berkerja sama untuk menaikkan jaringnya.” Jadi ia memerintahkan mereka semua harus melarikan diri. Kawanannya sendiri terbang sekaligus.

Dan tepat pada waktunya! Tiba-tiba si pemburu burung Puyuh melemparkan jaringnya ke atas para burung Puyuh yang tersisa. Dua ekor burung Puyuh yang bertengkar itu saling berkata, “Aku tidak mau memegang jaringnya untukmu!” Mendengar hal ini, bahkan beberapa burung puyuh lainnya berkata, “Mengapa aku harus memegang jaringnya untuk yang lain?”

Demikian perselisihan menyebar cepat sekali. Pemburu itu menangkap semua burung Puyuh, memasukkan mereka dalam keranjangnya dan membawa mereka pulang untuk istrinya. Tentu saja istrinya sangat gembira dan mereka mengundang semua teman mereka datang dalam acara hidangan besar burung Puyuh.

Pesan Moral : Ada keselamatan dalam persatuan dan bahaya dalam konflik.

Diterjemahkan oleh Ika Pritami, editor Selfy Parkit

Sumber: Prince Goodspeaker – Buddhist Tales for Young and Old Vol


****
Salam surgawi

21/09/10



Dongeng Katak Dan Permata


Pada suatu masa, ada seorang wanita yang telah menjanda dan memiliki dua orang putri. Putri tertua memiliki wajah dan perangai yang sangat mirip dengan ibunya sehingga orang sering berkata bahwa siapapun yang melihat putri tertua tersebut, sama dengan melihat ibunya. Mereka berdua mempunyai sifat jelek yang sama, sangat sombong dan tidak pernah menghargai orang lain.

Putri yang termuda, merupakan gambaran dari ayahnya yang telah meninggal, sama-sama memiliki sifat baik hati, senang membantu orang dan sangat sopan. Banyak yang menganggap bahwa putri termuda adalah wanita yang tercantik yang pernah mereka lihat.

Karena kecenderungan orang untuk menyukai hal yang sama dengan diri mereka, ibunya menjadi sangat sayang kepada putri yang tertua, sedangkan putri yang termuda diperlakukan dengan buruk, putri termuda sering disuruhnya bekerja tanpa henti dan tidak boleh bersama mereka makan di meja makan. Dia hanya diperbolehkan makan di ruang dapur sendiri saja.

Putri yang termuda sering dipaksa dua kali sehari untuk mengambil air dari sumur yang letaknya sangat jauh dari rumah mereka. Suatu hari ketika putri yang termuda berada di mata air ini, datanglah seorang wanita tua yang kelihatan sangat miskin, yang memintanya untuk mengambilkan dirinya air minum.

"Oh! ya, dengan senang hati," kata gadis cantik ini yang dengan segera mengambil kendinya, mengambil air dari tempat yang paling jernih di mata air tersebut, dan memberikan kepada wanita itu, sambil membantu memegang kendinya agar wanita tua itu dapat minum dengan mudah.

Setelah minum, wanita tersebut berkata kepada putri termuda:

Putri termuda dan wanita tua"Kamu sangat cantik, sangat baik budi dan sangat sopan, saya tidak bisa tidak memberikan kamu hadiah." Ternyata wanita tua tersebut adalah seorang peri yang menyamar menjadi wanita tua yang miskin untuk melihat seberapa jauh kebaikan hati dan kesopanan putri termuda. "Saya akan memberikan kamu sebuah hadiah," lanjut sang Peri, "Mulai saat ini, dari setiap kata yang kamu ucapkan, dari mulutmu akan keluar sebuah bunga atau sebuah batu berharga."

Ketika putri termuda yang cantik ini pulang kerumah, dimana saat itu ibunya memarahinya karena menganggap putri termuda tersebut terlalu lama kembali dari mengambil air.

"Saya minta maaf, mama," kata putri termuda, "karena saya terlambat pulang."

Saat mengucapkan kata itu, dari mulutnya keluarlah dua buah bunga, dua buah mutiara dan dua buah permata.

"Apa yang saya lihat itu?" kata ibunya dengan sangat terkejut, "Saya melihat mutiara dan permata keluar dari mulutmu! Bagaimana hal ini bisa terjadi, anakku?"

Untuk pertama kalinya ibunya memanggilnya dengan sebutan 'anakku'.

Putri termuda kemudian menceritakan semua kejadian yang dialami secara terus terang, dan dari mulutnya juga berturut-turut keluarlah permata yang tidak terhitung jumlahnya.

"Sungguh mengagumkan," kata ibunya, "Saya harus mengirim anakku yang satu lagi kesana." Dia lalu memanggil putri tertua dan berkata "Kemarilah, lihat apa yang keluar dari mulut adikmu ketika dia berbicara. Apakah kamu tidak ingin memiliki hal yang dimiliki adikmu? Kamu harus segera berangkat ke mata air tersebut dan apabila kamu menemui wanita tua yang meminta kamu untuk mengambilkan air minum, ambilkanlah untuknya dengan cara yang sangat sopan."

"Adik termuda pasti sangat senang melihat saya mengambil air dari mata air yang jauh," katanya dengan cemberut.

"Kamu harus pergi, sekarang juga!" kata ibunya lagi.

Akhirnya putri tertua berangkat juga sambil mengomel di perjalanan, sambil membawa kendi terbaik yang terbuat dari perak.

Tidak lama kemudian dia tiba di mata air tersebut, kemudian dia melihat seorang wanita yang berpakaian sangat mewah keluar dari dalam hutan, mendekatinya, dan memintanya untuk mengambilkan air minum. Wanita ini sebenarnya adalah peri yang bertemu dengan adiknya, tetapi kali ini peri tersebut menyamar menjadi seorang putri bangsawan.

"Apakah saya datang kesini," kata putri tertua dengan sangat sombong, "hanya untuk memberikan kamu air? dan kamu pikir saya membawa kendi perak ini untuk kamu? Kalau kamu memang mau minum, kamu boleh meminumnya jika kamu merasa pantas."

"Kamu keterlaluan dan berlaku tidak sopan," jawab sang Peri, "Baiklah, mulai sekarang, karena kamu sangat tidak sopan dan sombong, saya akan memberikan kamu hadiah, dari setiap kata yang kamu ucapkan, dari mulutmu akan keluar seekor ular atau seekor katak."

Saat dia pulang, ibunya yang melihat kedatangannya dengan gembira menyambutnya dan bertanya:

"Bagaimana, anakku?"

"Bagaimana apanya, ma?" putri tertua menjawab dengan cara yang tidak sopan, dan dari mulutnya keluarlah dua ekor ular berbisa dan dua ekor katak.

"Oh! ampun," kata ibunya; "apa yang saya lihat ini? Oh! pastilah adik mu yang sengaja telah merencanakan kejadian ini, tapi dia akan mendapatkan hukumannya"; dan dengan segera dia berlari mendekati putri termudanya dan memukulnya. Putri termuda kemudian lari menjauh darinya dan bersembunyi di dalam hutan yang tidak jauh dari rumahnya agar tidak mendapat pukulan lagi.

Seorang anak Raja, yang baru kembali dari berburu di hutan, secara kebetulan bertemu dengan putri termuda yang sedang menangis. Anak Raja tersebut kagum akan kecantikan putri termuda kemudian bertanya mengapa putri tersebut sendirian di dalam hutan dan menangis terisak-isak.

"Tuanku, ibu saya telah mengusir saya dari rumah."

Saat itu, anak Raja melihat lima atau enam mutiara dan permata keluar dari mulut putri termuda, dia menjadi penasaran dan meminta putri termuda menceritakan mengapa dari mulutnya keluar permata saat berkata sesuatu. Putri termuda kemudian menceritakan semua kisahnya, dan anak Raja tersebut menjadi bertambah kagum akan kebaikan hati dan kesopanan tutur kata putri termuda. Anak Raja menjadi jatuh hati pada putri termuda dan beranggapan bahwa putri termuda sangat pantas menjadi istrinya. Anak Raja akhirnya mengajukan lamaran dan menikahi putri termuda.

Sedangkan putri tertua, membuat dirinya sendiri begitu dibenci oleh ibunya sendiri karena kelakuannya yang sangat buruk dan di usir keluar dari rumah. Putri tertua akhirnya menjadi terlantar karena tidak memiliki rumah lagi, dia lalu masuk ke dalam hutan dan mulai saat itu, orang tidak pernah mendengar kabar tentangnya lagi.


Cerita dongeng ini adalah karangan Charles Perrault.


Salam Surgawi

17/09/10




Sang Putri Dan Si Pengemis




Tersebutlah seorang putri raja yang cantik jelita. Karena
bergelimang harta, Sang Putri mempunyai sifat buruk. Ia selalu
menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak perlu.
Sedangkan Sang Raja tak pernah menolak kemauan putrinya.
Salah satu kegemaran Sang Putri adalah mengumpulkan
perhiasan dari intan permata. Ia sudah memiliki berlaci-laci
perhiasan dari berbagai negeri.

Suatu saat Raja mengajak Sang Putri berkeliling kota. Setelah singgah di berbagai
tempat, mereka berhenti di depan bangunan indah. Di depan bangunan itu terdapat air
mancur. Sang Putri sangat terpesona dengan air mancur yang elok itu. Air mancur itu
memancarkan butir-butir air yang sangat indah. Karena terkena sinar matahari, butiranbutir
air itu memancarkan cahaya kemilau bak intan permata. Sang Putri semakin
terpesona.

Sepulang dari perjalanan, Sang Putri minta dibuatkan air mancur di depan istana. Raja
mengabulkan permintaan itu. Maka berdirilah air mancur nan megah seperti keinginan
Sang Putri. Bukan main gembiranya Sang Putri. Tiap hari ia memandangi air mancur itu.

Suatu hari ketika Sang Putri duduk di pinggir air mancur itu, jari manisnya kejatuhan air mancur. Butiran air itu menjalar melingkari jari manis Sang Putri laksana cincin. Begitu tersinari matahari, lingkaran air itu memancarkan cahaya bak cincin permata. Sang Putri
berdecak kagum. Ia berlari menemui Sang Raja.

"Ayahanda, saya ingin dibuatkan cincin permata dari butiran air," pinta Sang Putri.
Raja tak kuasa menolak keinginan putrinya. Segera Sang Raja memerintahkan abdi kerajaan mencari ahli permata.

Datanglah seorang ahli permata. Raja lalu menceritakan keinginan putrinya. Sang ahli
permata mendengarkan dengan seksama.
"Ampun, Baginda. Hamba baru kali ini mendapatkan permintaan seperti itu. Hamba minta waktu untuk memikirkannya," kata ahli permata. Ia tampak kebingungan.
"Kalau begitu, kuberi waktu dua hari. Tapi, kalau gagal, penjara telah menantimu!" tukas
Sang Raja.

Dua hari kemudian, ahli permata itu datang untuk memberitahu bahwa ia tak dapat
memenuhi permintaan Sang Putri. Sesuai perjanjian, ahli permata itu dijebloskan ke
penjara. Kemudian Sang Raja memerintahkan mencari ahli permata lain. Tapi, beberapa
ahli permata yang datang ke istana mengalami nasib serupa dengan ahli permata pertama.

Raja sudah putus asa. Ia tak tahu harus berbuat apa lagi demi putri kesayangannya.
Sementara itu, Sang Putri terus menuntut agar permintaannya dikabulkan.

Tiba-tiba seorang pengemis tua terbungkuk-bungkuk mendatangi istana.
"Kamu ahli permata?" sergah Sang Raja.
"Bukan, Baginda. Hamba hanya seorang pengemis. Tapi, mengapa Baginda menanyakan ahlipermata?" Si Pengemis balik bertanya.

Lalu Sang Raja bercerita tentang keinginan putrinya.
"Izinkan hamba mencobanya, Baginda," ujar Si Pengemis kemudian.
"Awas, kalau gagal, penjara tempatmu!" ancam Sang Raja.

Si Pengemis kemudian memanggil Sang Putri.
"Tuan Putri, tolong bawa butiran air itu kemari!" pinta Si Pengemis kepada Sang Putri
seraya menunjuk air mancur di depan istana.

Sang Putri menuruti saja perintah Si Pengemis karena ia sudah tak sabar memiliki cincin
yang diidamkannya. Begitu berada di sisi air mancur ia menengadahkan tangannya.

Sebutir air jatuh tepat di atas telapak tangannya. Cepat-cepat ia bawa butiran itu ke pengemis.
Tapi, sebelum sampai ke pengemis, butiran air itu menguap habis.

Sang Putri mengulanginya. Kini ia berlari. Namun apa daya, tetap saja ia tak mampu membawa butiran air. Memang hari itu sedang sangat panas sehingga membuat butiran air cepat menguap.

Dan ini memang siasat Si Pengemis, ia datang pada saat cuaca panas.
"Kalau butiran airnya tidak ada, bagaimana hamba bisa mengabulkan permintaan Sang Putri. Saya kira tak seorang pun mampu membuat cincin kalau bahannya tidak ada. Hamba khawatir Tuan Putri yang cantik dan pintar ini akhirnya mendapat julukan putri bodoh
karena menginginkan sesuatu yang tak ada."

Sesudah berkata demikian, Si Pengemis dengan tenang meninggalkan istana.
Apa yang dikatakan Si Pengemis sangat menyentuh hati Sang Putri. Sang Putri menyadari kekeliruannya. Lalu ia meminta Raja membebaskan semua ahli permata.

Seluruh perhiasan intan permata yang dimiliki Sang Putri dibagikan kepada ahli permata sebagai ganti rugi.

Sejak saat itu Sang Putri hidup sederhana dan tidak pernah minta yang bukan-bukan.


Salam Surgawi

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates