09/10/10




Raja Burung Puyuh dan Pemburu




Pada suatu ketika, ada seekor Raja burung Puyuh yang memerintah lebih dari seribu ekor kawanan burung Puyuh.

Terdapat pula seorang pemburu burung Puyuh yang sangat pintar. Ia mengetahui bagaimana cara membuat panggilan seekor burung Puyuh. Karena suara tersebut menyerupai suara burung Puyuh yang sedang meminta pertolongan, maka tidak pernah gagal untuk memikat burung Puyuh lainnya. Kemudian si pemburu menangkap mereka dengan sebuah jaring, memasukkan mereka ke dalam keranjang-keranjang dan menjualnya sebagai usaha untuk bertahan hidup.

Karena ia selalu mengutamakan keselamatan kawanan burung Puyuhnya, Raja burung Puyuh sangat dihormati oleh semuanya. Sementara itu, dalam pengintaian yang membahayakan, suatu hari ia datang melewati si pemburu dan melihat apa yang ia lakukannya. Ia berpikir, “Pemburu burung Puyuh ini memiliki sebuah rencana yang bagus untuk membinasakan keluarga kami. Aku harus menyusun rencana yang lebih baik guna menyelamatkan hidup kami.”

Kemudian ia memanggil bersamaan seluruh bangsanya – ribuan burung Puyuh. Ia juga mengundang para burung Puyuh lainnya untuk menghadiri pertemuan itu. Ia berkata, “Salam burung Puyuh bangsa kami dan selamat datang para tamu-tamu. Kita dihadapkan oleh suatu bahaya besar. Banyak dari keluarga kita sedang terperangkap dan dijual oleh seorang pemburu yang pintar. Lalu mereka dibunuh dan dimakan. Aku telah mendapatkan rencana untuk menyelamatkan kita semua. Ketika pemburu itu menangkap kita semua dengan jaringnya, masing-masing dari kita harus menengadahkan leher kita pada waktu yang bersamaan. Lalu, bersama-sama, kita harus terbang dengan membawa serta jaring itu dan menjatuhkannya di atas semak berduri. Hal itu akan membuat ia sibuk, dan kita akan mampu melarikan diri dengan selamat.” Semuanya setuju untuk mengikuti strategi yang cemerlang ini.

Hari berikutnya, si pemburu memikat para burung Puyuh dengan suara panggilannya yang menyerupai burung Puyuh seperti biasanya. Tetapi ketika ia melemparkan jaringnya kepada mereka, segera mereka semua menengadahkan leher-leher mereka, terbang dengan membawa serta jaring itu dan menjatuhkannya di atas semak berduri. Si pemburu tersebut tidak dapat mendapatkan seekor burung Puyuh pun! Di samping itu, hal ini menghabiskan sisa waktunya untuk membersihkan jaringnya dari duri-duri tersebut – sehingga ia tidak lagi memiliki waktu untuk mencoba kembali!

Hal yang serupa terjadi pada hari berikutnya. Demikian ia menghabiskan hari keduanya dengan melepaskan kaitan jaringnya dari duri-duri yang tajam. Ia tiba di rumah hanya untuk disambut dengan ‘lidah tajam’ istrinya! Istrinya mengeluh, “Kamu seharusnya membawa pulang burung Puyuh untuk makan, dan uang dari hasil penjualan burung-burung Puyuh. Sekarang kamu kembali dengan tangan kosong. Apa yang kamu kerjakan seharian? Kamu pasti memiliki istri lain di suatu tempat, yang sedang berpesta dengan daging burung Puyuh saat ini!”

Pemburu itu menjawab, “Jangan berpikir hal semacam itu, sayangku. Beberapa hari ini para burung Puyuh tersebut telah menjadi sangat kompak. Mereka bertindak bersamaan, dan menengadahkan leher-leher mereka serta membawa jaringku menuju semak berduri. Akan tetapi terima kasih untuk kamu, istriku satu-satunya, aku baru saja tahu apa yang harus dilakukan! Persis ketika kamu bertengkar denganku, suatu hari mereka pun akan bertengkar, seperti yang biasa dilakukan layaknya keluarga. Di saat mereka sibuk dalam konflik dan percekcokan, aku akan menangkap mereka dan membawanya kembali pulang untukmu. Lalu kamu akan kembali merasa senang denganku. Sambil menunggu saat seperti itu, aku harus bersabar.” Si pemburu pun harus siap dengan keluhan istrinya selama beberapa hari lagi.

Lalu pada suatu pagi, setelah dipikat oleh panggilan suara burung Puyuh, tiba-tiba kebetulan saja ada seekor burung Puyuh yang secara tidak sengaja menginjak kepala burung Puyuh lainnya. burung Puyuh jantan yang terinjak dengan seketika menjadi marah dan mengomel kepadanya. Segera burung Puyuh betina itu memindahkan kakinya dari kepala si burung Puyuh jantan dan berkata, “Mohon jangan marah padaku. Mohon maafkanlah kesalahanku.” Tetapi si burung Puyuh jantan tidak mau menghiraukannya. Dengan cepat keduanya saling mengomel dan perselisihan pun menjadi semakin memburuk!

Mendengar pertengkaran ini menjadi semakin keras, Raja burung Puyuh berkata, “Tidak ada untungnya bertengkar. melanjukannya akan membahayakan!” Tetapi mereka bahkan tidak mau mendengarkannya.

Kemudian Raja burung Puyuh berpikir, “Aku kuatir pertengkaran yang memalukan ini akan mencegah mereka dari berkerja sama untuk menaikkan jaringnya.” Jadi ia memerintahkan mereka semua harus melarikan diri. Kawanannya sendiri terbang sekaligus.

Dan tepat pada waktunya! Tiba-tiba si pemburu burung Puyuh melemparkan jaringnya ke atas para burung Puyuh yang tersisa. Dua ekor burung Puyuh yang bertengkar itu saling berkata, “Aku tidak mau memegang jaringnya untukmu!” Mendengar hal ini, bahkan beberapa burung puyuh lainnya berkata, “Mengapa aku harus memegang jaringnya untuk yang lain?”

Demikian perselisihan menyebar cepat sekali. Pemburu itu menangkap semua burung Puyuh, memasukkan mereka dalam keranjangnya dan membawa mereka pulang untuk istrinya. Tentu saja istrinya sangat gembira dan mereka mengundang semua teman mereka datang dalam acara hidangan besar burung Puyuh.

Pesan Moral : Ada keselamatan dalam persatuan dan bahaya dalam konflik.

Diterjemahkan oleh Ika Pritami, editor Selfy Parkit

Sumber: Prince Goodspeaker – Buddhist Tales for Young and Old Vol


****
Salam surgawi

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates