30/09/10

 

Perjalanan Ke Dunia Gaib:
Kemanakah Arwah Para Pahlawan Revolusi?


Salam Surgawi,

Hari ini tepat tanggal 30 September. Masih ingat kan peristiwa yang terjadi pada tahun 1965 itu? Tak terasa ya sudah 45 tahun peristiwa itu berlalu.

Sejauh ini apakah pernah terpikir oleh kita bagaimana arwah para pahlawan revolusi yang mati secara mengenaskan itu? Apakah mereka benar telah tenang di persemayaman mereka masing-masing?

Marilah kita melihat melalui mata seorang yang memiliki indra keenam pada saat menemani keponakannya karya wisata ke Lubang Buaya beberapa tahun yang lalu.

Kisah ini ditulis kembali sesuai yang diceritakan oleh seorang nara sumber yang identitasnya dirahasiakan.

Selamat membaca.

Suatu hari di bulan Januari, aku (sebut saja namanya Johan), menemani keponakanku yang duduk di bangku kelas 6 SD berkaryawisata.

Tujuan mereka waktu itu adalah Monas, Museum Fatahillah dan Lubang Buaya.

Selama perjalanan kami ke Monas dan Museum Fatahillah, tak perlu dikatakan lagi, di kedua tempat itu aku bisa melihat asap-asap halus yang beterbangan di sekitar luar dan dalam gedung, bahkan penampakan-penampakan yang tak dapat dilihat oleh mata biasa.

Aku mempunyai talenta bisa melihat makhluk gaib sejak aku masih remaja. Suatu pengalaman yang tidak aku suka sebenarnya. Sebagian mengatakan itu adalah karunia. Namun bagiku itu tak lain adalah kutukan.

Singkat cerita, aku telah berada di Lubang Buaya, tempat dimana berlangsungnya kekejaman para Komunis dalam G30S/PKI.

Saat kami memasuki area dimana patung para pahlawan revolusi dibangun, mungkin bagi kebanyakan orang, patung-patung tersebut hanyalah patung biasa, yang terbuat dari batu. Namun bagiku, yang bisa melihat dengan cara berbeda, patung-patung itu bukanlah patung-patung biasa.

Mereka hidup!

Mengapa bisa kukatakan demikian? Karena sebenarnya aku melihat mata dan mulut mereka bergerak-gerak. Tangan mereka juga tidak diam begitu saja.

Ketika aku melihat lebih jelas lagi, astaga! Mereka itu...

Wajah-wajah mereka itu belum berubah! Masih wajah-wajah yang pernah kita kenal di buku, TV atau mungkin surat kabar. Ya, wajah mereka adalah wajah asli para pejuang revolusi yang disiksa dan mati secara mengenaskan.

Aku tak berani melihatnya. Wajah mereka - ada yang penuh dengan darah, bekas guratan silet, bekas sundutan rokok, macam-macamlah.

Ketika kami melangkah ke sumur yang dinamakan Lubang Buaya itu, astaga! Masih terdengar suara erangan-erangan dari dalamnya. Bulu kudukku merinding dan aku segera menghindar dari tempat itu.

Beranjak lebih ke dalam lagi, ke rumah tempat para pejuang tersebut ditawan dan disiksa. Hmmm. Disini masih terasa sekali hawa kematian mereka. Sangat kental, kuat dan baunya juga masih menyengat.

Terlebih aku mendengar suara jeritan dan teriakan yang berasal dari rumah tawanan - yang kini telah direnovasi dan terawat itu.

Dari pemandu wisata mengatakan, bila malam tiba, suasana di sekitar Lubang Buaya memang angker dan seram. Sering terdengar suara berjalan derap kaki dan suara bicara yang entah dari mana asalnya, terdengar namun tak berwujud.

Keterangan itu membuatku semakin yakin, bahwa para pahlawan revolusi yang meninggal dengan cara disiksa itu, ternyata arwah mereka masih menetap di sekitar Lubang Buya itu.

Ketika arah pulang, kami kembali melewati patung-patung para pahlwan revolusi tersebut. Disana aku menyadari, ternyata, arwah mereka bersemayam di patung-patung tersebut. Itulah rumah bagi mereka.

Terlepas dari benar atau tidaknya arwah-arwah tersebut, aku juga tidak ingin menekankan bahwa itu adalah benar mereka. Bisa saja ada arwah lain yang menyaru seperti mereka.

Itulah yang ingin kuceritakan dan kubagikan kepada pembaca semua. Semua ini kuceritakan kepada penulis yang masih merupakan temanku sendiri.

Dari semua yang aku ceritakan di atas, pembaca silakan mengambil kesimpulan sendiri. Mau percaya atau tidak, itu dikembalikan kepada pemikiran masing-masing pribadi.

Dari penulis:
Saya, Kaz, menceritakan ulang apa yang telah diceritakan teman saya kepada saya. Terlepas dari benar tidaknya, itu semua saya kembalikan kepada pembaca.
Sekali lagi, kisah di atas diambil berdasarkan 'penglihatan' mata dari indra keenam seorang teman. Tidak ada maksud untuk menjerumuskan ataupun memaksakan pendapat.

Salam HSG

Posted by: : Kaz HSG
HSG - September 2010

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Nih ciri2 penipeng kelas teri,pantesan negara kaga maju2 lha kebanyakan orangnya kaya model begini :v

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates