30/08/10

Rasa Sayang Seorang Ibu Pada Anaknya

Seorang ibu yang baru saja melahirkan penuh kebahagiaan bertanya kepada dokter, “ Bisa saya melihat bayi saya ? “

Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya.
Dokter yang menungguinya segera membalik memandang kea rah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga !

Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak yang bekerja dengan sempurna. Hanya penampilan saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang kerumah dan membenamkan wajahnya dipelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedy.

Anak lelaki itu terinsak-insak berkata, “ Ma, seorang anak-anak laki-laki besar mengejek saya. Katanya saya ini makhluk aneh. “

Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman disekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya dibidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas.

Ibunya mengingatkan, “ Bukankah nantinya kamu akan bergaul dengan remaja-remaja lain ? “

Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya. Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya.

Dokter itu berkata, “ Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya. “

Kemudian, orang tua anak lelaki itu itu mencari siapa yang mau mendonorkannya pada mereka. Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya.

Sang ayah berkata, “ Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirigmu kerumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun semua ini sangatlah rahasia. “

Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musik yang hebat itu berubah menjadi kejuniusan.

Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat.

Ia menemui ayahnya, “ Pa, saya harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua pada saya. Oaring itu telah membuat sesuatu yang besar namun saya sama sekali belum membalas kebaikannya. “

Ayahnya menjawab, “ Papa yakin kamu tak akan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu. “

Setelah terdiam sesaatayahnya melanjutkan, “ Sesuai perjanjian, belum saatnya bagi kamu untuk mengetahui semua rahasia ini. “

Tahun berganti tahun. Kedua orang tua itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluaga itu.

Dihari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri ditepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah sang ibu tidak memiliki telinga.

Sang ayah berbisik, “ Mama kamu pernah berkata bahwa mama senang sekali bisa memanjangkan rambutnya. Dan tak seorang pun menyadari bahwa mama telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan ? “

Kecantikan sejati tidak terletak pada tampilan tubuh namun didalam batin. Harta karun yang hakikat tidak terletak pada apa yang bisa dilihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat.
Cinta yang sejati tidak terletak pada perbuatan kasih yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada perbuatan kasih yang telah dikerjakan namun tidak diketahui.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates