27/07/10

BUNGKUS PALSU

Jessica adalah anggota baru di sanggar tari.
Wanita mungil ini selalu terlihat lincah dan riang.
Gayanya luwes, senyumnya ramah.
Tidak banyak yang mengetahui usianya sudah berkepala tiga.
Sepintas gayanya moirip mahasiswi daripada seorang ibu beranak satu.

Minggu lalu Jessica terlambat.
Dia tidak ingin kejadian itu terulang lagi.
Setelah sepeda motor bututnya diparkirkan. Dengan langkah tergesa-gesa Jessica langsung menuju meja resepsionis.
Masih seperti biasa, senyum lebar selalu menyungging di bibirnya.
Lalu ia menyodorka Kartu Keanggotaan untuk diabsensi, Jessica baru menyadari air minum dikantong samping ransel kosong. Ternyata dia lupa mengisi ulang botol minunya karena tergesa-gesa. Jessica mengedarkan pandangan keseluru penjuru ruangan, mencari air dispenser.
Dalam benaknya pasti ada air dispenser yang disediakan untuk para member.

Dalam rasa sungkang dan ragu, Jessica bertanya kepada resepsionis apakah ia boleh meminta botol air minumnya diisi kembali, “ Oh, boleh “ jawab resepsionis.
Dipanggillah seorang pelayan dapur, “ maaf mba, saya lupa mengisi air minum, boleh tolong disikan? “ Tanya Jessica.
Jessica langsung memberikan botol minum berukuran 500cc itu kepada pelayan dapur. Pelayan agak ragu menerima botol minum tersebut.
Dengan gelisah ia masih berdiri disana, seakan-akan menunggu persetujuan seseorang. Jessica sedikit heran. Keengganan itu terlihat begitu jelas.
Kemudian datanglah seorang wanita paruh baya. Entah siapa dia, Jessica sering melihatnya docafe lantai bawah, mungkin pemilik sanggar tebaknya.
Jessica merasa tidak enak dengan tatapan tajam dari mata wanita itu. Pelayan dapur agak gugup menjelaskan maksudku kepada wanita tersebut. “ Mbah ini minta air minum, “ kata oelayan kepada wanita tua.
Wanita tua dengan sorot tidak bersahabat berkata : “ kenapa tidak membeli saja air mineral, dik ? Kami ada menjualnya disini “
Jessica menangkap pesan penolakan. Dai tau wanita tua itu enggan mengisikan air minumnya.
“ Oh, gak boleh ya. Kalo gitu gak papa kok, “ senyum Jessica agak terpaksa.
Dia mengambil kembali botol minumnya dari tangan pelayan dapur dan bergegas melangkah ke lantai dua. Meski sedikit kecewa, Jessica menghibur diri bahwa dia tidak akan mati dehidrasi saat latihan. Sementara dilantai bawah, masih terdengar debat kecil antara wanita tua itu dengan resepsionis. Jessica tidak lagi memperdulikan. Dia hanya ingin latihan Hari itu segera usai.

Hari berikutnya, Jessica masih rutin mengikuti latihan seperti biasanya. Meski masih ada rasa tidak enak, Jessica tetap santun menundukkan kepalanya sambil tersenyum kepada wanita tua itu ketika menyapanya. Jessica sama sekali tidak pernah menceritakan kejadian itu pada siapapun.
Yang pasti, sejak itu Jessica sangat memperhatikan botol air minumnya.

Suatu sore, Jessica tidak mengendarai sepeda motor bututnya. Suaminya berjanji akan menjemputnya.
Hujan mengguyur deras sekali.
Usai latihan, Jessica segera turun.
Dia melihat hidangan mie goreng dan nasi goring dimeja.
Malam itu adalah perayaan tahun pertama berdirinya sanggar tari.
Wanita tua itu terlihat sibuk melayani para member lainnya.
Mengajak mereka makan.
Banyak yang menolak halus, mungkin takut gemuk, mungkin juga ingin segera pulang, Jessica pun menolak dengan halus ketika ditawarkan.
Makan terburu-buru bukan kebiasaannya, lagipula dia tidak ingin suaminya menunggu lama.

Jessica mengecek HPnya, ternyata sms dari suaminya mengabari terlambat menjemput… Jessica masih berdiri diluar dan menunggu disana.

Tiba-tiba wanita tua itu telah disampingnya.

“ Kamu lagi menunggu seseorang ? “

“ Iya. Suamiku “

“ Suami ? Saya pikir kamu masih mahasiswi. “

Jessica tertawa, “ Aku sudah 35 tahun. “

“ Menikah muda ya ? “

“ 28 “

Jessica tidak tau pasti apakah umur segitu termasuk menikah muda.

“ Bukankah kamu yang biasanya mengendarai sepeda motor ? “ Tanya wanita tua itu.

Tentu saja muda dikenali. Karena Jessica satu-satunya wanita yang mengendarai sepeda motor ke sanggar. Kebanyakan member yang lain mengendarai mobil, sebagian lagi didrop oleh supir.

“ iya. Hari ini dijemput suami, jadi aku gak bawa motor. “

“ Oh, itu dia jemputanku “
Jessica menunjuk pada sebuah Mobil Mercedes hitam mengkilap Seri “ S “ terbaru yang berhenti pas tempatnya menunggu.

“ Bukankah itu mobil Bapak Arthur ? “ Tanya wanita tua itu penuh rasa penasaran

“ Yah, Arthur adalah suamiku. “

Wanita tua itu terkejut.
Tatapannya masih tidak percaya ketika melihat Jessica melambaikan tangan dan menembus hujan masuk kedalam mobil.

Mobil itu telah lama berlalu….
Tapi wanita tua itu masih berdiri sana, melongo.
Ketika memori membawanya kembali pada kejadian air minum itu, rasa malu menghantam keras hatinya.
Tiba-tiba dunia terasa gelap.

Arthur…………………………….!!
Dia adalah sponsor utama yang selalu mendukung kegiatan sanggar tarinya.

“ Oh, tidak….”

Kita sering menganggap diri kita adalah orang baik.
Tapi ketika kita dihadapkan pada bungkus luar dari apa yang mereka pakai, dari kendaraan yang digunakan, begitu gampang sikap hati kita berubah.
Bila “ Bungkus Luar “ itu bagus, kita cenderung ‘ mengangkat tinggi-tinggi ‘ orang tersebut.
Sebaliknya bila “ Bungkus Luar “ jelek, kita lalu menjegalnya, menyepelekan mereka.

Senyum kita jadi palsu.
Kebaikan hati kita jadi basa-basi.
Hendaknya dalam hubungan atau pelayanan, kita tidak memandang “ Bungkus Luar “ dari tiap-tiap orang.

Disadurkan dari Kumpulan-Kumpulan Cerita Motivasi


Salam HSG,
Posted By: Linzz HSG
This story is the property of Heavenly Story Group.
Copyrights: ©HSG-July 2010

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates