23/02/11

sebuah cerita nasehat

sebuah cerita nasehat

Setelah mengetahui bahwa pembimbingnya, Chang Cong, sakit keras, Lao Tzu mengunjunginya. terlihat jelas bahwa Chang Cong mendekati akhir hidupnya.

"Guru, apakah Guru mempunyai kata-kara bijak terakhir untukku?" kata Lao Tzu kepadanya.

"Sekalipun kamu tidak bertanya, aku pasti akan mengatakan sesuatu kepadamu" jawab Chang Cong.

"Apa itu?"

"Kamu harus turun dari keretamu bila kamu melewati kota kelahiranmu."

"Ya, Guru. Ini berarti orang tidak boleh melupakan asalnya."

"Bila kamu melihat pohon yang tinggi, kamu harus maju dan mengaguminya."

"Ya, Guru. Ini berarti saya harus menghormati orang yang lebih tua."

"Sekarang, lihat dan katakan apakah kamu dapat melihat lidahku, "kata Chang Cong, menundukkan dagunya dengan susah payah.

"Ya."

"Apakah kamu melihat gigiku?"

"Tidak. Tak ada gigi yang tersisa."

"Kamu tahu kenapa?" tanya Chang Cong.

"Aku rasa," kata Lao Tzu setelah berpikir sejenak, "lidah tetap ada karena lunak. Gigi rontok karena mereka keras. Benar tidak?"

"Ya, anakku," angguk Chang Cong. "Itulah kebijaksanaan di dunia. Aku tidak punya apa-apa lagi untuk diajarkan kepadamu."

Di kemudian hari, Lao Tzu mengatakan: "Tidak ada sesuatupun di dunia yang selunak air. Namun tidak ada yang mengunggulinya dalam mengalahkan yang keras. Yang lunak mengalahkan yang keras dan yang lembut mengalahkan yang kuat. Setiap orang tahu itu, tapi sedikit saja yang mempraktekkannya."

Salam HSG,
Tsn.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates