21/09/10




I`m A Big Girl Dad


Saya adalah anak bungsu. Ayah saya adalah seorang pekerja tambang. Rambutnya sudah putih semua, tapi tubuhnya masih terlihat kuat & gagah. Hatinya lembut & sayang keluarga. Hampir tiap pagi jika tidak sedang tugas, dia selalu mengantar saya sekolah. Kami selalu berangkat dengan motor bututnya, motor kebanggaan yang selalu dicucinya tiap hari. Motor itu begitu bututnya, sampai kadang bunyi kelontangan saat berjalan. Karena itu kadang saya malu & pengen agar tubuh saya menciut & menghilang saja kala motor ayah saya masuk halaman sekolah.

Jarak rumah ke sekolah sekitar satu jam. Dia sering memakaikan jaket tebal agar saya tidak kedinginan diterpa angin pagi. Dan setibanya di-depan pagar sekolah dia selalu menurunkan saya & menciumi pipi saya berkali2. Namun setelah beranjak remaja, saya mulai risih kala ayah mencium pipi saya. Apalagi di depan teman2. Saya kan udah umur 12 tahun? masak diciumin terus seperti anak balita aja? Sebel banget deh. Maka saya putuskan bahwa saya bukan anak kecil & tidak butuh kecupan di pipi lagi.

Suatu hari, seperti biasa, ayah saya mengantar sampai di depan gerbang sekolah, menurunkan saya, tersenyum lebar dengan senyum khasnya & memiringkan badannya hendak mencium pipi saya. Tapi saya segera mengangkat tangan & berkata, “Jangan ayah, aku malu!” itu pertama kalinya saya berkata begitu & wajah ayah tampak begitu keheranan. Dengan sebal saya berkata “Yah, aku kan sudah besar & sudah terlalu tua untuk dicium2 kayak anak balita.”

Ayah memandang saya beberapa saat, rasanya begitu lama ia memandang & matanya mulai sedikit berkaca2 & basah. Namun aku lihat dia berusaha menahan diri. “OK deh, kamu sudah gadis remaja sekarang. Ayah tak perlu menciummu lagi.” dia berbalik menuju motor bututnya & melambaikan tangannya pamit pergi. Tak lama sesudah itu, ia ditugaskan ke-Aceh & ia hilang & tak pernah kembali lagi. 26 Des 2004 badai Tsunami meluluhlantakkan Meulaboh-Aceh & menghancurkan pos tambang tempat dimana ayah saya ditugaskan.

Anda semua takkan bisa bayangkan apa yang akan saya korbankan sekedar untuk mendapatkan lagi ciuman sayang darinya. Untuk merasakan wajah tua & kumisnya yang kasar. Mencium bau tubuhnya yang khas. Dan untuk merasakan lengannya yang kuat merangkul pundakku, mengacak2 rambutku atau menggendong badanku.

Seandainya bisa, aku ingin ucapkan padanya ‘Ayah, aku sudah dewasa, tapi aku tak pernah terlalu tua utk mendapat ciuman darimu…I’m a big girl dad, but i never too old for your kiss”


Salam Surgawi,

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates