05/09/10



Ayahku Sedang Melihatku dan Selalu Mendukungku

Cerita ini berawal di sebuah sudut kota. Disana ada seorang remaja, sebut saja namanya Deny. Di rumah, Deny cuma hidup dengan ayahnya. Kakak-kakak Deny sudah menikah dan tidak tinggal di rumahnya lagi. Deny adalah seorang siswa kelas 2 SMU. Deny juga suka bermain sepak bola. Ia sangat menyukai olah raga itu. Deny cukup aktif di dalam klub sepak bola di kotanya. Deny mendapat dukungan yang sangat kuat dari ayahnya akan hobinya tersebut.

Deny berlatih sepak bola dengan timnya tiga kali seminggu. Sesekali timnya juga mengikuti beberapa kompetisi dan beberapa kali pernah menang. Seperti kali ini, timnya sedang mengikuti sebuah kejuaraan sepak bola yang cukup bergengsi. Pertandingan demi pertandingan dilalui dengan lancar hingga membawa tim tersebut ke babak grand final yang akan diselenggarakan hari sabtu nanti.

Tetapi pada hari Selasa, sebuah berita duka terjadi. Ayah Deny meninggal dunia. Dengan menyesal Deny meminta ijin pelatihnya bahwa dia tidak bisa datang latihan hari ini. Sang pelatih pun memahami keadaan tersebut. Bahkan sang pelatih juga menyarankan Deny untuk beristirahat sejenak. “Jika berkeberatan, kamu tidak perlu memaksakan diri untuk mengikuti pertandingan final besok Sabtu. Tenangkan dirimu dulu, kami akan selalu menunggu kehadiranmu kembali.” Kata pelatih itu.

Pertandingan grand final hari Sabtu pun tiba. Penonton tampak berjubel di tribun lapangan. Kesebelasan Deny tampak sangat terdesak oleh tim lawan. Skor saat ini menunjukkan 2-0 untuk tim lawan. Padahal pertandingan sudah berlangsung 20 menit pada babak kedua.

Tiba-tiba Deny menampakkan diri di pinggir lapangan. Tanpa banyak tanya ia langsung ganti baju, memakai sepatu, dan melakukan sedikit pemanasan dengan bola kesayangannya di pinggir lapangan. Pelatih dan rekan-rekan timnya heran dan terkejut melihat hal ini. “Ijinkan saya ikut bertanding pak!” Seru Deny pada pelatihnya. Setelah berpikir sejenak, akhirnya pelatih itu mengijinkan Deny masuk ke tengah lapangan.

Hal yang mengejutkan terjadi. Entah bagaimana, permainan Deny pada malam itu sangat cemerlang. Ia seperti tidak memiliki rasa lelah untuk berlari, merebut, dan menendang bola di menit-menit terakhir itu. Tenaga rekan-rekan satu timnya yang mulai terkuras habis pun menjadi bangkit melihat semangat Deny.

Tak diduga, malam itu Deny berhasil memasukkan tiga bola ke gawang lawan. Sebuah lompatan tersendiri bagi prestasi Deny di timnya selama ini. Sebab selama ini Deny jarang memasukkan bola ke gawang lawan, sekalipun beberapa kali pernah ditempatkan pelatih pada posisi striker seperti pada pertandingan malam ini. Akhirnya pertandingan pun selesai. Kesebelasan Deny menang dari tim lawan dengan skor 2-3.

“Ada apa kamu, Den? Aku belum pernah melihatmu sehebat ini! Motivasi dan tenagamu malam ini sangat cemerlang!” Seru pelatih dengan bangga.

“Tahukah, pak? bahwa selama ini Ayah sangat mendukung permainan sepak bola saya. Bahkan ia selalu berharap kelak saya bisa menjadi seorang bintang sepak bola.” Kata Deny sambil terengah-engah.

“Tahukah pula, Pak, kalau Ayah saya buta? memang selama ini dia selalu duduk di antara penonton untuk mengikuti setiap pertandingan saya, tetapi seumur hidup dia belum pernah benar-benar melihat saya bertanding!”

Deny melanjutkan, “Dan malam ini adalah kali pertama Ayah benar-benar melihat saya bertanding, saya ingin menunjukkan kepada dia, bahwa saya memang pantas untuk dilihat oleh dia.”


Moral dari cerita ini:
Orang tua pasti mendukung apa yang kita lakukan jika itu merupakan hal baik dan dukungan orang tua akan selalu ada untuk anaknya, dan itu merupakan suatu penyemangat bagi anaknya.

Dikisahkan kembali oleh: Kaz F.Li
Diposting khusus untuk: HSG dalam memperingati Hari Ayah Sedunia

HSG - September 2010

Catatan khusus Kaz untuk Papa di alam sana:
Kisah ini juga kupersembahkan kepada Papaku yang telah meninggalkanku 10 tahun yang lalu. Aku sangat rindu padamu, Papa. Kau dengan sabar mendidikku setiap saat. Kata-katamu yang selalu membuatku sadar akan arti hidup ini. Yang mengajariku semangat pantang menyerah.
Tiada kenangan yg bisa kuingat kecuali ajaranmu yg membuatku menjadi sosok insan yg lebih baik dari hari ke hari. Kau mendidikku sedikit demi sedikit menjadi tipikal dirimu, agar kelak aku bisa melanjutkan perjuanganmu membantu sesama. Kau selalu berharap agar aku bisa menjadi seorang manusia 'harum' yg rendah hati dan selalu ingat Tuhan. 
Terima kasih, Papa. Semua ajaranmu takkan pernah kulupakan sampai akhir hidupku. Kutitipkan salam rinduku padamu melalui cerita ini. Semoga Papa bisa melihatku dari alam sana.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates