04/08/10

Sedikit Renungan

By : Kevin Andrea

Suatu hari sahabat saya perrgi ke rumah orang jumpo atau lebih di kenal dengan sebutan panti werdha bersama teman-temannya. Kebiasaan ini mereka lakukan untuk lebih banyak mengenal bahwa akan lebih membahagiakan kalau kita bisa berbagi pada orang-orang yang kesepian dalam hidupnya. Ketika teman saya sedang berbicara dengan beberapa ibu-ibu tua, tiba-tiba mata teman saya bertumpu pada seorang opa tua yang duduk menyendiri sambil menatap kedepan dengan tatapan kosong. Lalu sang teman mencoba mendekati opa itu dan mencoba mengajaknya berbicara. Perlahan tapi sang opa akhirnya mau mengobrol dengannya sampai akhirnya si opa memulai cerita tentang hidupnya. Si opa memulai cerita tentang hidupnya sambil menghela napas panjang.

Sejak masa muda saya menghabiskan waktu saya untuk terus menvari usaha yang baik untuk keluarga saya, khususnya untuk anak-anak yang sangat saya cintai. Sampai akhirnya saya mencapai puncaknya dimana kami bias tinggal dirumah yang sangat besar dengan segala fasilitas yang sangat bagus. Demikian ula dengan anak-anak saya, mereka semua berhasil sekolah sampai ke luar negeri dengan biaya yang tidak pernah saya batasi. Akhirnya mereka semua berhasil dalam sekolah juga dalam usahanya dan juga dalam berkeluarga. Tibalah dimana kami sebagai orang tua merasa sudah saatnya pension dan menuai hasil panen kami. Tiba-tiba istri tercinta saya yang selalu setia menemani saya sejak saya memulai kehidupan ini meninggal dunia karenasakit yang sangat mendadak. Lalu sejak kematian istri saya tinggallah saya hanya dengan para pembantu kami karena anak-anak kami semua tidak ada yang mau menemani saya karena mereka sudah mempunyai rumah yang juga besar. Hidup saya rasanya hilang, tiada lagi ada orang yang mau menemani saya setiap saatsaya memerlukannya. Tidak sebulan sekali anak-anak mau menjenguk saya ataupun memberi kabar melalui telepon. Lalu tiba-tiba anak sulung saya dating dan mengatakan kalau dia akan menjual rumah karena selain tidak efesian juga toh saya dapat ikut tinggal dengannya. Dengan hati yang berbunga saya menyetujuinya karena toh saya juga tidak memerlukan rumah besar lagi tapi tanpa ada orang-orang yang saya kasihi di dalamnya. Setelah itu saya ikut dengan anak saya yang sulung. Tapi apa yang saya dapatkan?? Setiap hari mereka sibuk sendiri-sendiri dan kalau mereka ada di rumah tak pernah sekalipun mereka mau menyapa saya. Semua keperluan saya pembantu yang memberi.

Untunglah saya selalu hidup teratur dari muda maka meskipun sudah tua saya tidak pernah sakit-sakitan. Lalu sata tinggal di rumah anak saya yang lain. Saya berharap kalau saya akan mendapatkan sukacita di dalamnya, tapi nrupanya tidak. Yang lebih menyakitkan semua alat-alat yang saya pakai mereka ganti, mereka menyediakan semua peralatan darikayu dengan alas an untuk keselamatan saya tapi sebetulnyamereka sayag dan takut kalau saya memecahkan alat-alat yang mereka yang mahal itu.

Setiap hari saya makan dan minum dari alat-alat kayu atau plastic yang sama dengan hyang mereka sediakan untuk para pembantu dan anjing mereka. Setiap hari saya makan dan minum sambil mangyucurka air maya dan bertanya dimanakah hati nurani mereka ??

Akhirnya saya tinggal dengan anak saya yang terkecil, anak yang dulu yang sangat saya kasihi melebihi yang lain karena dia dulu adalah seorang anak yang memberikan kesukacitaan pada kami sumua. Tapi apa yang saya dapatkan ?? Setelah beberapa lama saya tinggal di sana akhirnya anak saya dan istrinya mendatangi saya dan mengatakan bahwa mereka akan mengirim saya untuk tinggal dipanti jumpo denga alas an supaya saya punya teman untuk berkumpul dan juga mereka berjanji akan selalu mengunjungi saya. Sekarang sudah 2 tahun saya disini tapi tidak sekalipun dari mereka yang dating untuk mengunjungi saya. Apalagi membawakan makanan kesukaan saya. Hilang semua harapan saya tentang anak-anak yang saya besarkan dengan segaala kasih saying dan kucuran keringat. Saya bertanya-tanya mengapa kehidupan hari tua sata demikian menyedihkan padahal saya bukan orang tua yang menyusahkan. Semua harta saya mereka ambil. Saya hanya meminta sedikit perhatian dari mereka tapi mereka sibuk dengan diri sendiri. Kadang saya menyesali mengapa saya bias endapat anak-anak yang demikian buruk. Masih untung disini saya punya teman-teman dan juga kunjungan dari sahabat-sahabat yang mengasihi saya tapi tetap saya merindukan anak-anak saya. Sejak saat itu sahabat saya selalu menyempatkan diri untuk dating esana dan berbicara dengan sang opa. Lambat laun tapi pasti kesepaian di mata sang opa berganti dengan keceriaan apalagi kalau sekali-kali teman saya membawa serta anak-anaknya untuk berkunjung.

Sampai hatikah kita membiarkan para orang tua kesepian dan menyesali hidupnya hanya karena semua kesibukan hidup kita. Bukan suatu haripun kita akan sama dengan mereka, tua dan kesepian??

Ingat bahwa kita tanpa ayah dan ibu, kita tidak akan ada di dunia ini dan menjadi seperti ini. Jika kamu masih ada orang tua, bersyukurlah sebab banyak anak yatim-piatu yang merindukan kasih sayang orang tua. Jika kamu menerima cerita motivasi ini berarti masih ada orang yang peduli pada mu untuk mengingat jasa kedua orang tua mu.

When was the last time you chat to your parent ??
THEY NEED YOU !!
Hurry up before you late….
Wish you love your PARENTS !!!

Salam Surgawi,
Posted By: Linzz HSG
This story is the property of Heavenly Story Group.
Copyrights: ©HSG-August 2010

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates